RESUME
KOHESI DAN KOHERENSI
Oleh : Kiki Andri Yani ( 136828 )
A. Pengertian
Wacana
Wacana adalah satuan bahasa ynag
paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan
koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas berkesinambungan, dan
dapat disampaikan secara tertulis maupun lisan.
(Henry Guntur Tarigan,1990 )
B. Kohesi
Kohesi dalam wacana diartikan
sebagai kepaduan bentuk secara structural membentuk ikatan sintaktikal. Anton
M. Moelino ( 1988:34) menyatakan bahwa
wacana yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Konsep
kohesif sebenarnya mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya unsur-unsur wacana
(kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki
keterkaitan secara padu dan utuh.
Kohesi gramatikal meliputi:
1. Referensi (pengacuan)
Referensi
merupakan pengacuan satuan lingual tertentu terhadap satuan lainnya. Di lihat
dari acuannya, referensi terbagi atas:
a. Referensi
eksofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di luar teks wacana.
Contoh: Itu matahari, kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di
luar teks, yaitu “benda berpijar yang menerangi alam ini”.
b. Referensi
endofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di dalam teks wacana.
Referensi
endofora terbagi atas:
1. Referensi
anaphora yaitu pengacuan satual lingual yang disebutkan terlebih dahulu,
mengacu yang sebelah kiri.
Contoh:
Peringatan HUT ke-66 Indonesia ini akan di ramaikan dengan pagelaran pesta
kembang api.
2. Referensi
katafora yaitu pengacuan satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu
yang sebelah kanan.
Contoh: Kamu
harus pergi! Ayo, cici cepatlah!
Di lihat dari klasifikasinya,
referensi terbagi atas:
3. Referensi
persona yaitu pengacuan satual lingual berupa pronomina atau kata ganti orang.
Tunggal
|
Jamak
|
|
Persona
pertama
|
Aku, saya
|
Kami, kita
|
Persona
kedua
|
Kamu,
engkau, anda
|
Kalian,
kami sekalian
|
Persona
ketiga
|
Dia, ia,
beliau
|
Mereka
|
Contoh:
Firdaus, kamu harus mandi.
4. Referensi
demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk menunjuk.
Biasanya menggunakan kata : kini, sekarang, saat ini, di sini, di situ, ini,
itu, dan sebagainya.
Contoh: Pohon-pohon kelapa itu, tumbuh di tanah lereng diantara pepohonan lain yang rapat dan
rimbun.
5. Referensi
interogatif yaitu pengacuan satuan lingual berupa kata tanya.
contoh: Kamu
mau kemana?
6. Referensi
komparatif yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk membandingkan
satual lingual lain.
contoh: Tidak
berbeda jauh dengan ibunya, Nita orangnya cantik, ramah, dan lemah lembut.
2. Substitusi ( penggantian)
Substitusi diartikan sebagai
penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Substitusi dilihat
dari satuan lingualnya dapat dibedakan atas:
a)
Substitusi nominal yaitu penggantian
satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa kata benda.
Contoh: Memang Soni mencintai gadis itu. Wanita itu berasal dari Surakarta. Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasanya, dan bersifat
keibuan.
b)
Substitusi verbal yaitu penggantian
satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa kata kerja.
Contoh: Soni berusaha menyembuhkan
penyakitnya dengan berobat ke dokter kemarin sore. Ternyata dia di vonis
menderita penyakit kanker. Selain berusaha
ke dokter, dia juga tidak lupa berdoa dan selalu berikhtiar pada allah.
c)
Substitusi frasa yaitu penggantisn
satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang berupa frasa.
Contoh: Hari ini hari minggu. Mumpung hari libur aku manfaatkan saja untuk
menengok Nenek di desa.
d)
Substitusi klausal yaitu penggantian
satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang berupa klausa.
Contoh:
Nida :
jika perubahan yang dialami oleh azam tidak bisa diterima dengan baik oleh
orang-orang di sekitarnya, mungkin hal itu dikarenakan oleh kenyataan bahwa
orang –orang tesebut banyak yang tidak sukses seperti azam.
Barik : tampaknya
memang begitu!
3. Elipsis atau pelesapan
Elipsis
adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya.
Adapun fungsi dari elipsis yaitu:
1)
Untuk efektifitas kalimat
2)
Untuk mencapai nilai ekkonomis dalam pemakaian
bahasa
3)
Untuk mencapai aspek kepaduan wacana
4)
Untuk mengaktifkan pikiran pendengar
atau pembaca terhadap sesuatu yang di ungkapkan dalam satuan kata.
Contoh:
Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat
yang menentuksn dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih.
Pernyataan
adik tersebut merupakan pelesapan subjek dan predikat. Kalimat tersebut
selengkapnya berbunyi: Saya datang
tadi siang.
4. Konjungsi (perangkaian)
Konjungsi
adalah kohesi gramatikal yang dilakukan dengan menghubungkan unsure yang satu dengan
unsure yang lain. Unsur yang dirangkai berupa kata, frasa, klausa, dan
paragraf.
Macam-macam
konjungsi sebagai berikut:
a) Sebab-akibat
Hubungan sebab-akibat terjadi
apabila salah satu proposisi menunjukkan penyebab terjadinya suatu kondisi
tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya. Konjungsi yang digunakan antara
lain: karena, sebab, makanya, sehingga, oleh karena itu, dengan demikian dan
sebagainya.
Contoh: Adik
sakit sehingga tidak masuk sekolah.
b) Pertentangan
Hubungan pertentangan terjadi
apabila ada dua ide atau proposisi yang menunjukkan kebalikan atau kekontrasan.
Konjungsi yang digunakan yaitu tetapi dan namun.
Contoh: Nyamuk berseliweran, pengemis, pelacur,
pencoleng, dan gelandangan berkeliaran. Namun,
di kampung kumuh tersebut sedang dibangun sekolah mewah.
c) Kelebihan
atau eksesif
Hubungan eksesif digunakan untuk
menyatakan kelebihan, ditandai dengan konjungsi malah.
Contoh: Karena tadi malam kurang
istirahat, dia tertidur di dalam kelas. Malah
tugasnya belum dikerjakan pula.
d) Perkecualian
atau eksepsif
Hubungan eksepsif digunakan untuk menyatakan
pengecualian, ditandai dengan konjungsi kecuali.
Contoh: Anda tidak boleh mengkonsumsi obat tersebut kecuali dengan persetujuan dokter.
e) Tujuan
Hubungan tujuan terjadi sebagai
pewujudan untuk menyatakan tujuan yang ingin dicapai. Konjungsi yang digunakan
yaitu: agar dan sehingga.
Contoh: Agar naik kelas, kamu harus rajin
belajar.
f) Penambahan
atau aditif
Penambahan berguna untuk menghubungkan bagian yang
bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan
dua proposisi atau lebih. Konjungsi yang digunakan yaitu: dan, juga, serta, selain
itu.
Contoh: Tingkah lakunya menawan. Tutur katanya sopan.
Murah senyum, jarang marah, dan tidak pernah berbohong. Juga tidak mau mempercakapkan orang lain. Selain itu, ia suka menolong sesama teman. Dan dia penyabar.
g) Pilihan atau
alternatif
Pilihan digunakan menyatakan pilihan antara dua hal.
Konjungsi yang digunakan yaitu atau dan apa.
Contoh:
Pelajaran apa yang lebih kamu suka IPA atau
IPS?
h) Harapan atau
optatif
Konjungsi harapan digunakan untuk menyatakan harapan
yang ingin dicapai. Konjungsi yang digunakan yaitu semoga, moga-moga. Contoh: Semoga, dia lulus dengan nilai terbaik.
i)
Urutan atau sekuential
Merupakan
proposisi yang menunjukkan suatu hubungan kesejajaran atau urutan waktu.
Konjungsi yang digunakan yaitu setelah itu, lalu, kemudian, terus, mula-mula.
Contoh: Intan bangun tidur pukul 05.00, kemudian ambil air wudlu. Setelah itu dia menunaikan sholat subuh
dengan khusyuk. Lalu tak lupa ia
mengaji
j)
Syarat
Merupakan proposisi yang menunjukkan suatu hubungan
syarat. Konjungsi yang digunakan yaitu: apabila dan jika.
Contoh: Jika bulan ini aku bisa bekerja lebih
giat maka gajiku akan bertambah.
k) Cara
Merupakan
proposisi yang menunjukkan suatu hubungan cara.
Konjungsi
yang digunakan yaitu: dengan cara.
Contoh:
Mungkin dengan cara seperti ini, aku
membantu beban keluarga.
Yang selanjutnya adalah kohesi leksikal. Kohesi leksikal yaitu perpaduan
bentuk dalam struktur kata.
Kohesi leksikal meliputi:
a. Pengulangan
atau repetisi
Repetisi merupakan salah
satu cara untuk mempertahankan hubungan konsesif antar kalimat. Hubungan ini
dibentuk dengan mengulang satuan lingual.
Contoh: Berfilsafat
didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita
tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah
kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini.
b. Sinonimi
Sinonimi merupakan persamaan
makna kata.
Contoh: Hari pahlawan
diperingati tiap 10 November. Mereka adalah pejuang bangsa yang rela
mengorbankan jiwa raga demi kesatuan Negara Republik Indonesia. Jasa mereka
selalu dikenang sepanjang masa.
c. Antonim
Antonim merupakan perlawanan
kata.
Contoh:
Dalam rangka menyambut
peringatan kemerdekaan Republic Indonesia, warga setempat mengadakan kerja
bakti. Bagi yang putri sebagian besar
membawa sapu, sedangkan yang putra membawa sabit. Tak ketinggalan pula nenek
maupun kakek ikut serta meramaikan peringatan tersebut.
d. Hiponim
Hiponim merupakan sebuah
pernyataan yang berpola umum-khusus
Contoh: Setiap hari Anita
menyiram bunga di taman. Bermacam-macam bunga diantaranya mawar,
melati, dahlia, dan anggrek.
e. Kolokasi
Kolokasi merupakan sebuah
pernyataan yang berpola khusus-umum.
Contoh: Bermula dari goresan
bolpoin pada selembar kertas namanya sekarang tenar. Dari lembaran-lembaran
kertas tersebut di gabung dalam satu buku. Buku tersebut menjadi
perbincangan banyak orang karena banyak dimuat dalam majalah, koran,
televisi. Berkat media massa, namanya menjadi terkenal.
f. Ekuivalensi
Ekuivalensi merupakan
kesejajaran dalam sebuah kalimat.
Contoh: Setiap hari aku belajar
dengan rajin. Bu Narti sebagai guruku selain
mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,
beliau juga mengajarkan pendidikan moral.
C. Koherensi
Koherensi adalah
pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu
untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya (Wohl, 1978
: 25). Koherensi merupakan keterkaitan
antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga kalimat tersebut
mempunyai kesatuan makna yang utuh.
Yang termasuk unsur-unsur koherensi meliputi:
1)
Penambahan
Sarana penghubung yang berupa
penambahan itu antara lain: dan, juga, lagi pula, selanjutnya, seperti tertera
pada contoh berikut:
Laki-laki dan perempuan, tua dan
muda, juga para tamu turut bekerja bergotong-royong menumpas hama tikus
di sawah-sawah di desa kami. Selain daripada menyelamatkan tanaman, juga
upaya itu akan meningkatkan hasil panen. Selanjutnya upaya itu akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Lagi
pula upaya ini telah lama dianjurkan oleh pemerintah kita.
2)
Repetisi
Penggunaan repetisi atau pengulangan
kata sebagai sarana koherensi wacana, terlihat pada contoh di bawah ini.
Dia mengatakan kepada saya bahwa
kasih sayang itu berada dalam jiwa dan raga sang ibu. Saya menerima
kebenaran ucapan itu. Betapa tidak. Kasih sayang pertama saya peroleh dari ibu
saya. Ibu melahirkan saya. Ibu
mengasuh saya. Ibu menyusui saya. Ibu memandikan saya. Ibu
menyuapi saya. Ibu meninabobokan saya. Ibu mencintai dan
mengasihi saya. Saya tidak bisa melupakan jasa dan kasih sayang ibu saya
seumur hidup. Semoga ibu panjang umur dan dilindungi Tuhan.
3)
Pronomina
Sarana
penghubung yang berupa kata ganti orang, terlihat pada contoh berikut ini:
Rumah Lani dan rumah Mina di seberang sana. Mereka bertetangga. Lani membeli rumah itu dengan harga lima
juta rupiah. Harganya agak murah. Dia memang
bernasib baik.
4)
Sinonimi
Pada contoh berikut ini terlihat
penggunaan sarana koherensi wacana yang berupa sinonimi atau padanan kata
(pengulangan makna).
Memang dia mencintai gadis
itu. Wanita itu berasal dari Solo. Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasa, dan bersifat keibuan
sejati. Tak salah dia memilih kekasih, buah hati yang pantas kelak
dijadikan istri, teman hidup selama hayat dikandung badan.
5)
Totalitas Bagian
Kadang-kadang, pembicaraan kita
mulai dari keseluruhan, baru kemudian kita beralih atau memperkenalkan
bagian-bagiannya. Penggunaan sarana koherensif seperti yang dimaksudkan,
terlihat pada contoh berikut ini. Totalitas bagian bisa diartikan pernyataan
yang berpola umum-khusus.
Saya membeli buku baru. Buku itu terdiri dari tujuh bab. Setiap bab terdiri
pula dari sejumlah pasal. Setiap pasal tersusun
dari beberapa paragraf. Seterusnya setiap paragraf terdiri dari beberapa
kalimat. Selanjutnya kalimat terdiri atas
beberapa kata. Semua itu harus dipahami dari sudut pengajaran wacana.
6)
Komparasi
Komparasi atau perbandingan pun
dapat menambah serta meningkatkan kekoherensifan wacana. Komparasi digunakan
untuk membandingkan dua hal yang berbeda, seperti dalam contoh berikut ini.
Sama halnya dengan
Paman Lukas, kita pun harus
segera mendirikan rumah di atas tanah yang baru kita beli itu. Sekarang rumah
Paman Lukas itu hampir selesai. Mengapa kita tidak membuat hal yang serupa
selekas mungkin? Kita juga sanggup berbuat hal yang sama, takkan lebih
dari itu. Tetapi, tidak seperti rumah Paman Lukas yang bertingkat, kita
akan membangun rumah yang besar dan luas. Kita tidak perlu mendirikan rumah
bertingkat karena tanah kita cukup luas.
7)
Penekanan
Dengan sarana penekanan pun kita
dapat pula menambah tingkat kekoherensifan wacana. Penekanan digunakan untuk
menekankan yang dianggap penting, seperti terlihat pada contoh berikut ini.
Bekerja bergotong-royong itu bukan
pekerjaan sia-sia. Nyatalah kini hasilnya. Jembatan sepanjang tujuh
kilometer yang menghubungkan kampung kita ini dengan kampung di seberang ini
telah selesai kita kerjakan. Jelaslah hubungan antara kedua kampung,
berjalan lebih lancar. Sudah tentu hal ini memberi dampak positif bagi
masyarakat kedua kampung.
8)
Kontras
Juga dengan kontras atau pertentangan
para penulis dapat menambah kekoherensifan karyanya. Contoh penggunaan sarana
seperti ini terlihat pada berikut ini.
Aneh tapi nyata. Ada teman saya
seangkatan, namanya Joni. Dia rajin sekali belajar, tetapi setiap ujian
selalu tidak lulus. Namun demikian, dia tidak pernah putus asa. Dia
tenang saja. Tidak pernah mengeluh. Bahkan sebaliknya, dia semakin rajin
belajar.
9)
Simpulan
Dengan kata-kata yang mengacu kepada
hasil atau simpulan pun, kita dapat juga meningkatkan kekoherensifan wacana.
Penggunaan sarana seperti itu dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Pepohonan telah menghijau di setiap
pekarangan rumah dan ruangan kuliah di kampus kami. Burung-burung beterbangan
dari dahan ke dahan sambil bernyanyi-nyanyi. Udara segar dan sejuk nyaman. Jadi
penghijauan di kampus itu telah berhasil. Demikianlah kini keadaan
kampus kami, berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu,
para sivitas akademika merasa bangga atas kampus itu.
10) Contoh
Dengan pemberian contoh yang tepat
dan serasi, kita dapat pula menciptakan kekoherensifan wacana, seperti terlihat
pada contoh berikut ini.
Halaman rumah kami telah berubah
menjadi warung hidup. Di pekarangan itu ditanami kebutuhan dapur sehari-hari, umpamanya:
bayam, tomat, cabai, talas, singkong, dan lain-lain. Ada juga pekarangan rumah
yang berupa apotek hidup. Betapa tidak. Di pekarangan itu ditanami bahan
obat-obatan tradisional, misalnya: kumis kucing, lengkuas, jahe, kunyit,
sirih, dan lain-lain. Kelebihan kebutuhan sehari-hari dari warung dan apotek
hidup itu dapat pula dijual ke pasar, sebagai contoh: bayam, cabai,
jahe, dan sirih.
11) Paralelisme
Pada contoh berikut ini terlihat
penggunaan kesejajaran atau paralelisme klausa sebagai sarana kekoherensifan
wacana. Kesejajaran tersebut dinyatakan dalam satu kalimat. Kesejajaran
tersebut bisa berupa subjek predikat, subjek predikat objek, atau yang lain.
Waktu dia datang, memang saya
sedang asik membaca, saya sedang tekun mempelajari buku baru
mengenai wacana. Karena asiknya, saya tidak mengetahui, saya tidak mendengar
bahwa dia telah duduk di kursi mengamati saya.
12) Waktu
Kata-kata yang mengacu pada tempat
dan waktu pun dapat meningkatkan kekoherensifan wacana, seperti terlihat pada
contoh berikut ini.
Sementara itu tamu-tamu
sudah mulai berdatangan. Ruangan terasa kian sempit. Tidak lama kemudian, anak
saya mengangkat barang itu dan menaruhnya di atas lemari.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana,
2005. Kajian Wacana. Yogyakarta:
Tiara Wacana
Rani, Abdul.
2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian
Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.
Tarigan,
Henry Guntur.1990. Pengajaran Pragmatik. Bandung:Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar