RESUME WACANA BAHASA INDONESIA
PERSYARATAN WACANA DALAM LINGUISTIK
Oleh : Kiki Andri Yani ( 136828 )
A. Pengertian Wacana
Wacana menurut
Kridalaksana (1993: 231) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki
gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Hal ini sejalan
dengan pengertian yang disebutkan oleh Tarigan (2009:19) bahwa wacana adalah
satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau
klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan yang
mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan dan tertulis.
B.
Persyaratan Terbentuknya Wacana
1. Topik.
Sebuah wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan. Gagasan
tersebut akan diurai, membentuk serangkaian penjelasan tetapi tetap merujuk
pada satu topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang dimaksud memberikan
suatu tujuan. Tujuan-tujuan yang teradapat dalam wacana, dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis wacana. Seperti wacana persuasif, tujuannya untuk
mempengaruhi pembaca. Atau bisa berupa simbol huruf P pada rambu-rambu lalu
lintas, memberikan tujuan menginformasikan pengguna jalan, bahwa tempat
bersimbol P, adalah tempat parkir.
2.
Kohesi dan Koherensi
Sebuah wacana biasanya ditata secara serasi dan ada kepaduan antara unsur
yang satu dengan yang lain dalam wacana (kohesi), sehingga tercipta pengertian
yang baik (koherensi). Unsur kohesi tersebut misalnya dicapai dengan hubungan
sebab-akibat, baik antarklausa maupun antarkalimat (Depdikbud, 1988:343-350). Kekohesifan
dalam suatu wacana dapat diperoleh dari penggunaan dalam memadukan beberapa
aspek gramatikal (seperti; konjungsi,
elipsi, kata ganti, dan lain-lain), aspek semantik, dan aspek kebahasaan
lainnya.
3.
Proporsional
Prosorsional
yang dimaksud ialah keseimbangan dalam makna yang ingin dijabarkan dalam
wacana, atau makna yang terdapat dalam wacana, ialah seimbang. Misalnya apabila
sebuah wacana persuasif, wacana yang mempengaruhi pembaca untuk membeli suatu
produk, maka dalam wacana tersebut harus terdapat kesinambungan yang tepat
antara paragraf yang satu dengan yang lain. apabila paragraf pertama terdapat
beberapa tuturan yang mempengaruhi pembaca dengan satu topik, maka paragraf
kedua juga harus tetap meruju pada satu topik dan dimungkinkan lebih merujuk pada
hal yang khusus. Sehingga antara paragraf yang satu dengan yang lain padu dan
tidak membingungkn pembaca.
4. Tuturan
Tuturan yang dimaksud adalah
pengungkapan suatu topik yang ada dalam wacana. Baik tutur tulis atau tutur
lisan. tuturan kaitannya menjelaskan suatu topik yang terdapat dalam wacana
dengan tetap adanya kohesi dan koherensi yang proporsional di dalamnya.
Setelah
diketahui beberapa persyaratan wacana, berikut ini terdapat beberapa contoh
wacana.
1.
Wacana berbentuk tulisan
Wacana argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang
bertujuan untuk mempengaruhi pembaca agar bisa menerima pendapat, ide, ataupun
pernyataan yang dikemukakan oleh penulisnya. Untuk memperkuat pendapat atau
idenya itu, penulis wacana argumentasi biasanya menyertakan data-data
pendukung. Tujuannya, agar pembaca menjadi semakin yakin atas kebenaran yang
telah disampaikan penulis.
Berikut
sedikit contoh kutipan wacana argumentasi
Menyetop bola menggunakan dada dan kaki dapat ia
lakukan dengan sempurna. Tembakan kaki kanan serta kaki kirinya tepat dan
keras. Sundulan yang dihasilkan dari kepalanya sering memperdaya kiper lawan.
Bola seolah-olah menurut kehendak dirinya. Larinya sangat cepat bagaikan
kijang. Menjadikan lawan sukar mengambil bola diantara kakinya. Operan bolanya
akurat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola profesional.
Tujuan yang
ingin di capai melalui argumentasi tersebut, antara lain :
- Melontarkan pandangan / pendirian
- Mendorong atau mencegah
- Mengubah tingkah laku pembaca
- Menarik simpati
Hal-hal
yang memenuhi persyaratan wacana:
1. Terdapat
tujuan yang mengarah ke topik
2. Kohesi
dan koherensi padu membetuk proporsional ketika dibaca
3. Terdapat
tuturan yang merujuk pada satu objek, yaitu “Amin benar-benar pemain bola
profesional”
2.
Wacana
berbentuk lambang atau simbol
Simbol P
“Jika kita melewati suatu jalan raya, entah itu
tujuannya untuk ke sekolah, kantor, pasar, atau tempat lainnya, tentu kita
sering melihat adanya rambu-rambu lalu lintas di kedua sisi jalan tersebut.
Menurut Wikipedia, rambu lalu lintas adalah salah satu alat perlengkapan jalan
dalam bentuk tertentu yang memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau
perpaduan di antaranya, yang digunakan untuk memberikan peringatan, larangan,
perintah dan petunjuk bagi pemakai jalan. Agar rambu dapat terlihat baik
siang ataupun malam atau pada waktu hujan maka bahan harus terbuat dari
material yang reflektif (memantulkan cahaya).”
Persyaratan yang masuk dalam wacana:
1. Simbol menunjukkan topik
2. Kohesi dan koherensi dalam penuturan sehingga membentuk penjelasan yang proporsional
3.
Wacana
dalam bentuk dialog
HRD : “Selamat pagi. Silahkan
duduk
Pelamar: “Selamat pagi.”
HRD : “Siapa nama Anda?”
Pelamar: “Nama saya Jennifer Dawson”
HRD : “Ceritakan sedikit tentang
diri Anda, Nona Dawson!”
Pelamar: “Saya adalah lulusan Universitas Stanford, jurusan Public
Relatin dengan IPK 3,85. Saya memiliki beberapa pengalaman kerja yang tertulis
dalam daftar riwayat hidup saya.”
HRD : “Begitukah? Apakah Anda
memiliki keterampilan komputer? Apakah Anda bisa bahasa lainnya?”
Pelamar: “Ya, saya punya keterampilan komputer. Saya bisa
mengoperasikan MS Office, Corel Draw, Adobe Photoshop dan intenet. Dan saya
bisa berbicara bahasa Jerman, Spanyol, Belanda dan Perancis.”
HRD : “Wow… Menarik sekali.
Dimana Anda belajar semua itu?”
Pelamar: “Saya belajar beberapa saat saya masih di universitas tapi
saya juga mengambil kursus.”
HRD: “Pekerjaan ini menghendaki Anda melakukan banyak perjalanan,
bagaimana menurut Anda? Apakah itu menjadi masalah buat Anda?”
Pelamar: “Itu tidak menjadi masalah sama sekali. Sejujurnya, saya
sangat suka melakukan perjalanan.”
HRD : “Baiklah kalau begitu,
mungkin Andalah yang kami butuhkan, Nona Dawson. Saya akan menghubungi Anda
setelah Dewan Direksi mengambil keputusan. Perusahaan ini membutuhkan seseorang
yang memiliki kemampuan public relation. Sepertinya tak ada lagi yang perlu
dibicarakan. Saya harap kita dapat bertemu lagi secepatnya.”
Pelamar: “Saya juga berharap demikian, Tuan. Terima kasih atas
wawancaranya. Selamat pagi.”
Dari percakapan tersebut dapat diidentifikasi yang memenuhi persyaratan
wacana. Yaitu:
1.
Setiap pertanyaan dan sapaan, atau
komunikasi dengan umpan balik memiliki kohesi dan koherensi yang sesuai.
Pertanyaan dan jawaban yang dituturkan tidak melenceng.
2.
Memiliki topik, bisa
diidentifikasi mulai dari percakapan awal hingga akhir, bahwa itu adalah
interview pelamar kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar