Sabtu, 13 Juni 2015

Resume Jenis Wacana Berdasarkan Media Penyampaiannya (Lisan dan Tulisan) dan Jumlah Penutur (Monolog, Dialog dan Polilog)



Resume Jenis Wacana Berdasarkan Media Penyampaiannya (Lisan dan Tulisan) dan Jumlah Penutur (Monolog, Dialog dan Polilog)
Oleh : Kiki Andri Yani (136828)


A.    Jenis Wacana Berdasarkan Media Penyampaiannya.
1.      Wacana Lisan
. Wacana lisan (spoken discourse) adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau media lisan (Sumarlam dkk, 2010: 16). Jauh sebelum manusia mengenal huruf, bahasa telah digunakan oleh manusia. Manusia memakai bahasa lisan dalam berkomunikasi. Bahasa lisan menjadi bahasa yang utama dalam hidup manusia karena lebih dahulu dikenal dan digunakan oleh manusia dari pada bahasa tulis.
Contoh :
wati : “Nunung, ke mana?”
Nunung : “Biasa”.
Dengan uraian diatas dapat dibuat ciri – ciri wacana lisan sebagai berikut :
a.       Wacana lisan memerlukan daya simak yang tinggi agar interaksi tidak terputus
b.      Wacana lisan sulit diulang, dalam arti mengulang hal yang sama dengan ujaran pertama
c.       Wacana lisan dapat dilengkapi dengan gerakan anggota tubuh untuk memperjelas makna yang dimaksud
d.      Wacana lisan menyatukan partisipanya dalam satu situasi dan konteks yang sama.
e.       Wacana lisan biasanya lebih pendek dari pada wacana tulis
f.       Wacana lisan juga melibatkan unsure kebiasaan atau pengetahuan yang telah diketahui bersama (common ground) ,yang ada pada satu keluarga atau kelompok dan
g.      Wacana lisan sering melibatkan partisipanya secara langsung.

2.      Wacana Tulisan
Wacana tulis adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau media tulis (Sumarlam dkk, 2010: 16). Wacana tulis mulai dikenal setelah ditemukan huruf, Huruf dibuat untuk mengganti peran bunyi bahasa sehingga biasanya orang mengatakan bahwa huruf adalah lambang bunyi.
Contoh:
a.       Pintu keluar
b.      Semua kopi hitam sama,soal rasa ayam merak
c.       Awas! tegangan tinggi !
d.      Kocok dulu sebelum diminum
Wacana tulis yang pendek, seperti diatas sangat mirip dengan wacana lisan,seperti penghilangan bagian tertentu dari wacana itu,penyatuan saat dan tempat yang sama bagi penulis dan pembaca,dan penggunaan bentuk – bentuk informal.
Dari uraian diatas dapat dibuat ciri –ciri sebagai berikut :
a.       Wacana tulis biasanya panjang dan menggunakan bentuk bahasa yang baku
b.      Wacana tulis dapat dilihat kembali tanpa ada perbedaan unit – unit kebahasanya
c.       Wacana tulis biasanya mempunyai unsur kebahasan yang lengkap ( Tidak ada penghilangan bagian – bagianya).

B.     Jenis Wacana Berdasarkan Jumlah Penutur
1.      Wacana Monolog
Adalah wacana yang disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi secara langsung. Umumnya, wacana monolog tidak menghendaki dan tidak menyediakan alokasi waktu terhadap respon pendengar atau pembacanya. Wacana monolog bersifat searah dan termasuk komunikasi tidak interaktif (noninteractive communication). Wacana monolog terjadi seperti pada orasi ilmiah, khotbah, dan penyampaian visi dan misi. Pada kenyataannya, dalam suatu orasi, ceramah, atau pidato tertentu, penutur secara improvisasi kadang-kadang justru mencoba berinteraksi dengan pendengarnya. Cara yang dipakai, misalnya dengan melontarkan pertanyaan, “Bagaimakah sikap kita untuk andil dalam pembangunan pendidikan bangsa ini?”. Dalam konteks seperti ini, wacana monolog berubah menjadi wacana semi-monolog.
Contoh :
(1) Siapa bilang remaja Indonesia cengeng? (2) banyak  yang berprestasi di forum Internasional, walaupun minim fasilitas. (3) Buktinya, dalam beberapa tahun terakhir kita membawa pulang puluhan medali dalam berbagai olimpiade dunia. (4) ada matematika, fisika, biologi, kimia, juga astronomi, komputer.

1)      Kalimat  nomor 2 merupakan   jawaban  terhadap pertanyaan  kalimat nomor 1 yang menyanggah bahwa remaja Indonesia  tidak cengkeng.
2)      kalimat nomor 3 merupakan pembuktian dari kalimat nomor 2.
3)      kalimat ke 4 merupakan contoh-contoh yang menguatkan kalimat nomor 2 dan 3.

2.      Wacana Dialog
Adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang secara langsung. Wacana dialog bersifat dua arah, dan masing-masing partisipan secara aktif ikut berperan didalam komunikasi, sehingga disebut komunikasi interaktif (interactive communication). Wacana dialog terjadi seperti pada peristiwa diskusi, musyawarah, pembicaraan telepon, Tanya jawab, dan teks drama.
Perhatikan contoh wacana dialog berikut ini.
SUNSLIK GINGSENG
C  : Betulkan ?
W : Iya
C  : Aku paling sebel deh kalau cowokku naksir cewek yang lain.
W : Cowokku dulu juga gitu. Dia itu suka melirik cewek yang rambutnya panjang. Padahal dulu aku takut manjangin rambut. Takut patah-patah dan rontok. Sunslik gingseng membuat rambut semakin kuat tumbuh sepanjang yang kamu suka.
C  : Sekarang rambut kamu sudah panjang ?
W : Ya
C  : Berarti cowok kamu sudah tidak lirik-lirik lagi dong ?
W : Cowokku si ndak, cowok-cowok yang lain pada lirik aku

Wacana tersebut merupakan wacana dialog antara dua orang gadis. Mereka sedang berdialog mengenai rambut. Setelah menggunakan sunslik gingseng rambut menjadi kuat dan tidak rontok.

3.      Wacana Polilog
Adalah pembicaraan atau percakapan yang melibatkan partisipan pembicaraan lebih dari dua orang penutur. Partisipan yang terlibat dalam pembicaraan semuanya berperan aktif dan langsung dalam komunikasi. Wacana polilog terjadi seperti pada peristiwa musyawarah, diskusi, atau debat, dan teks drama.

Perhatikan contoh wacana polilog yang dikutip dari teks drama berjudul Orkes Madun I karya Arifin C Noer berikut ini.
Konteks      : kehadiran Waska disambut gembira oleh komunitasnya. Waska  dijadikan tempat mengadu bagi Tarkeni yang sedang berselisih dengan Madekur, suaminya.

WASKA   : Peran Waska akan tampil memberi ruh pada jasadku yang lunglai kecapean yang kosong yang gosong yang bagai kepompong.
KOOR         : Uuuuuuuuuuu
WASKA  : Langit hanya berisi angin hari itu dan warna hitam Tumpah diseanteronya dimana – mana dan aku Waska sedang minum air kelapa.
TARKENI : Lalu aku Tarkeni datang menangis bersujud di kaki Waska mengadukan ihwal duka.
WASKA     : Ada apa anakku? Kenapa menangis seperti itu?
TARKENI   : Sakit kepalaku sampai ke kalbu lantaran dipukul suamiku.
WASKA     : Madekur!!!!!
MADEKUR : Madekur luka hatinya disobek – sobek cemburu oleh cemburu buta.
WASKA     : Yak karena tidak matang  jiwanya.
(Orkes Madun I : 663-664)
Wacana tersebut merupakan wacana polilog, yakni percakapan atau pembicaraan yang melibatkan lebih dari dua orang (tokoh) sebagai partisipan pembicaraan. Tokoh Tarkeni mengadukan nasibnya kepada tokoh Waska, karena ia dipukul oleh Madekur, suaminya, yang sedangkan dibakar rasa cemburu. Kemudian Waska mencoba mendamaikan Tarkeni dan Mardekur sebagai pasangan suami istri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar